Pertalite adalah salah satu bahan bakar yang paling umum digunakan dalam motor. Namun, beberapa motor memerlukan penggunaan bahan bakar tanpa timbal beroktan tinggi. Salah satunya adalah dengan menggunakan pertamax.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa mesin dirancang dengan jenis bahan bakar yang tepat untuk operasi yang benar dan kinerja yang optimal. Namun, dalam keadaan darurat, ada kasus ketika tangki diisi dengan bahan bakar jenis lain. Bagaimana mengubah bahan bakar terlalu sering mempengaruhi mesin? Apakah mesin bisa rusak?
Pada artikel selanjutnya, kita akan membahas selengkapnya tentang dampak terlalu sering mengganti bahan bakar pada motor kesayangan kamu. Ada yang menarik? Simak artikel selengkapnya di bawah ini.
Sepeda motor sering menggunakan dua jenis bahan bakar: Pertalite dan Pertamax. Keduanya memiliki kandungan oktan yang berbeda. Semakin tinggi angka oktan suatu bahan bakar, maka semakin mahal harganya. Beberapa orang mencoba mengisi sepeda motornya dengan Pertamax dengan alasan ingin memberikan yang terbaik untuk kendaraan kesayangannya, meski mesin motor tidak secara khusus diperuntukkan bagi bahan bakar tersebut.
Faktanya, menggunakan bahan bakar dengan oktan yang lebih tinggi tidak selalu memberikan hasil yang lebih stabil. Berbagai jenis mesin sepeda motor memiliki karakteristik yang berbeda. Demikian pula, menurut peneliti Jerman, Andreas Schaefer, mengubah atau mencampur bahan bakar yang berbeda dalam waktu yang cukup singkat tidak akan memberikan efek maksimal pada performa mesin sepeda motor. Oleh karena itu, pengemudi tidak disarankan untuk bereksperimen dengan banyak jenis bahan bakar. Apalagi, penggantian atau pencampuran bahan bakar terlalu sering dan dalam waktu singkat.
Seperti yang kita ketahui, ada spesifikasi khusus untuk bahan bakar yang digunakan dalam mesin. Pengendara tentu ingin menghemat uang dengan membeli Premium. Namun, penyalahgunaan justru merugikan performa mesin.
Ketukan parah, atau knocking terjadi ketika bahan bakar oktan rendah digunakan pada mesin oktan tinggi. Knocking biasanya disebabkan oleh perbedaan tekanan mesin. Saat kamu mengganti bahan bakar yang biasa kamu gunakan, mesin secara otomatis menyesuaikan rasio kompresi. Pada mesin sepeda motor modern, hal ini sebenarnya bisa kamu atasi dengan meningkatkan waktu pengapian. Namun, jika hal ini dilakukan secara konsisten, tentunya akan berdampak negatif. Salah satunya adalah konsumsi bahan bakar yang lebih boros dan performa mesin yang kurang optimal, padahal maksud dari pikiran adalah untuk menghemat uang dengan menggunakan bahan bakar oktan rendah.
Pada prinsipnya, perubahan bahan bakar jangka pendek tidak memiliki efek negatif yang nyata pada mesin. Pengendara yang baru sekali mengganti bahan bakar tidak perlu khawatir. Namun, pengemudi yang terlalu sering mengganti bahan bakar harus memperhatikan hal-hal berikut:
Bahan bakar yang berbeda memiliki komposisi kimia yang berbeda. Formulasi lain dapat menyebabkan konsentrasi residu atau kerak meningkat di ruang bakar. Penebalan kerak akan mengganjal lubang valve yang seharusnya tertutup rapat. Akibatnya, kompresi dalam ruang pembakaran menjadi menurun.
Diskusi sebelumnya menjelaskan bahwa penggunaan bahan bakar yang tidak memenuhi rekomendasi pabrikan mesin dapat menyebabkan knocking yang parah. Jika ini terus berlanjut, piston akan berlubang. Tentu saja pengemudi tidak menginginkannya bukan?
Pengemudi harus memperhatikan rekomendasi bahan bakar dari pabrik. Ada alasan dibalik pemberian rekomendasi ini. Umur sebuah mesin tergantung kepada bagaimana kita merawatnya. Salah satunya adalah mengikuti pedoman dan hanya menggunakan satu jenis bahan bakar yang memang sesuai. Tentu saja, mengganti bahan bakar sekali atau dua kali tidak banyak berpengaruh. Namun, agar mesin sepeda motor dapat bekerja secara optimal, konsistensi penggunaan bahan bakar harus diperhatikan.